Selasa, 10 Mei 2016

PENTINGNYA MENGAJARKAN NILAI DALAM PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA PADA PESERTA DIDIK

(Frost,1975:241) berpendapat nilai adalah keyakinan dasar yang berperan sebagai satu fondasi yang kukuh untuk pembentukan sikap yang berpengaruh dan melakukan control terhadap perilaku. Orang tua, guru, dan pelatih mempunyai posisi yang menguntungkan untuk membantu siswa dan atlit dalam mengembangkan sistem nilai yang akan dapat mengatasi banyak cobaan dan godaan dalam hidup. Sistem nilai seseorang berperan sebagai batu landasan untuk membangun filsafat hidupnya.
(Coomb, 2004:7) posisi pendidikan jasmani dan olahraga pada kedudukan yang amat strategis yakni sebagai alat pendidikan, sekaligus pembudayaan, karena kedua istilah yang amat dekat dan erat. Maknanya tidak lain adalah sebagai proses pengalihan dan penerimaan nilai-nilai. Dalam konteks keolahragaan secara menyeluruh, memang kian kita sadari perubahan  yang terjadi sebagai dampak dari globalisasi dalam ekonomi yang dipacu oleh teknologi komunikasi juga terbawa dalam dunia olahraga.
Diera globalisasi ini banyak sekali permasalahan yang timbul karena kurangnya pemahaman tentang nilai. Mengajarkan nilai itu sangat sulit. Banyak sekali kendala yang dialami para pendidik dalam mengajarkan nilai. Terutama mengajarkan nilai dalam olahraga dan pendidikan jasmani. Sekarang ini olahraga dan pendidikan jasmani justru dianggap tidak penting, karena tidak ada nilai yang tersirat secara lansung dalam pembelajarannya. Olahraga dan pendidikan jasmani juga dianggap pelajaran yang  hanya bermain-main saja. Padahal salah satu peran permainan adalah sebagai kekuatan sosial.
Dinegara-negara maju di dunia, olahraga dan pendidikan jasmani sangatlah penting dalam pembelajaran. Sangat berbeda keadaannya dengan di Indonesia yang memandang sebelah mata tentang olahraga dan pendidikan jasmani, karena dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, seorang guru pendidikan jasmani tidak selamanya berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Adakalanya guru pendidikan jasmani dan olahraga dihadapkan pada kendala-kendala dalam pelaksanaan pembelajarannya, sehingga tuntutan untuk melaksanakan kurikulum seringkali tidak terpenuhi.

A.    Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Supandi (1990:29) mengemukakan bahwa “Pendidikan jasmani dan olahraga suatu pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan”. Aktivitas jasmani dalam pengertian ini dipaparkan sebagai kegiatan peserta didik untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan sosial. Aktivitas ini harus dipilih dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Sasaran yang demikian kompleks telah menjadikan pendidikan jasmani dan olahraga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan lainnya. Karena kontribusinya sudah dapat dirasakan oleh anak didik maupun pendidik dalam mata pelajaran lainnya. Para guru di sekolah telah merasakan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan secara baik akan memberi dampak positif dalam mendukung kualitas pembelajaran lainnya. Karena nilai-nilai pendidikan yang melekat dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga lebih fokus pada penanaman budaya gerak yang berimplikasi pada domain lain yang ada pada setiap individu.
B.     Tahap-tahap Pembentukan Nilai
Menurut Krathwohl pembentukan nilai itu melalui lima tahap, yaitu
1.      Menerima (receiving)
Peserta didik menjadi peka terhadap gejala atau fakta dalam kelas, ruang senam atau tempat lain dalam lingkungannya. Kepekaan tersebut mempunyai rentangan dari perhatian pada lingkungan secara umum sampai pada gejala tertentu dengan lingkungannya.
2.      Bertindak (responding)
Peserta didik menaruh perhatian dan bebuat sesuatu terhadap gejala terentu dan mencari serta memperoleh kepuasan dengan berpartisipasi dalam aktifitas yang dipilih.
3.      Menilai (valuing)
Tahap ini bercirikan perhatin terhadap objek, perilaku atau gejala tertentu. Perhatian mempunyai rentangan dari hanya dapat menerima sampai pada menghargai dan selanjutnya akan memelihara nilai tersebut.
4.      Menyusun (organization)
Nilai yang berbeda-beda diteliti dan dianalisis. Pertentangan diselesaikan dan individu tersebut mulai mengembangkan satu sistem nilai.
5.      Memerankan (characterization)
Perilaku peserta didik serasi dengan struktur nilainya.

C.     Kendala Mempelajari Nilai
Olahraga bila digunakan sebagai media untuk mengajar nilai, harus bersifat pendidikan. Jadi pendidikan jasmani dan olahraga bukan bertujuan rekreasi atau memenangkan pertandingan saja. Nilai dalam olahraga tidak terjadi begitu saja. Ia dipelajari dan proses pendidikan harus memberikan kemungkinan untuk mempelajarinya. Bila proses itu direcenakan dan dilaksanakan dibawah bimbingan seorang pendidik yang baik, nilai itu dapat dipelajari peserta didik, tetapi usaha ini bukanlah sesuatu yang mudah. Bila semua usaha para pelatih dicurahkan untuk menang, maka tidak ada waktu tersisa untuk peserta didik mempelajari nilai. Karena itulah program pertandingan olahraga antar sekolah cenderung tidak memberikan kemungkinan untuk mengembangkan budi pekerti.
Kendala untuk mengajarkan nilai dalam olahraga dan pendidikan jasmani adalah waktu yang tersedia untuk melaksanakannya sangat terbatas. Kendala yang sama dijumpai dalam mengajarkan pengetahuan dan keterampilan dalam pendidikan jasmani. Selain waktu yang tersedia terbatas, jumlah siswa cukup banyak dalam satu kelas sedangkan peralatan dan fasilitas terbatas dalam jumlah dan jenisnya. Mengajar nilai tidaklah mudah, ia harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang relative lama dan harus diikuti dengan tatap-muka dan hubungan pribadi dengan peserta didik karena mengajar nilai bersifat individual dan personal.
Faktor keberhasilan mengajar nilai terutama terletak pada pendidiknya. Nilai-nilai yang diajarkan dan dilatihkan kepada peserta didik harus tercemin dalam perbuatan dan tindakannya. Ia harus menjadi contoh, apa yang dikatakannya harus sesuai dengan perbuatannya. Bila ia tidak konsiten menegakkan nilai-nilai yang ia diajarkannya, maka peran pendidik dan pendidikan nilai tidak akan berhasil.
D.    Peran Permainan sebagai Kekuatan Sosial
Permainan dapat dipandang sebagai satu kebudayaan universal yang dapat dilihat dalam semua masyarakat. Permainan sering digunakan untuk mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan orang dewasa. Anak-anak dapat mengembangkan identitas diri dan juga mengetahui peran dan identitas orang lain melalui bermain.
Menurut Bucher (1983:382) perkembangan permainan sebagai satu bagian penting dari masyarakat Amerika pada umumnya dapat disebabkan karena Industrialisasi, yang mengakibatkan hari kerja dalam seminggu berkurang dan meningkatnya jam bersantai bagi para pekerja, banyak dari mereka memilih olahraga dan aktivitas permainan lainya untuk mengisi waktu luang mereka.
Pada umumnya semua pria dan wanita membutuhkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas bermain. Kebutuhan ini terutama perlu bagi anak-anak dan remaja, karena mengandung nilai pendidikan. Aktivitas bermain memberikan mereka kesempatan untuk meniru situasi hidup sesungguhnya dan untuk kreatif. Bila anak-anak diberikan kesempatan untuk ambil bagian dalam situasi seperti yang akan mereka hadapi diluar ruang kelas mereka akan memperoleh gambaran tentang berbagai akibat dari tindak tanduk mereka. Dalam masyarakat yang kompleks dewasa ini penting bagi siswa mengenal dunia sesungguhnya sementara mereka masih dalam pendidikan dengan harapan sekolah akan dapat mempersiapkan mereka dalam pendidikan dengan berbagai macam kemampuan untuk memecahkan masalah yang akan mereka hadapi dalam masa mendatang.
Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam berbagai macam kegiatan bermain, pendidikan jasmani dapat memainkan peran penting dalam perkembangan sosial siswa. Perkembangan sosial adalah salah satu tujuan utama dari pendidikan jasmani yang dirancang dan diselenggarakan dilembaga pendidikan.
Para ahli sosiologi dan psikologi sosial telah meneliti hubungan antara permainan dan pelaksanaan latihan anak-anak dalam masyarakat. Hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1.      Permainan berhubungan dengan latihan kepatuhan dan kedisiplinan.
2.      Permainan berkaitan dengan tugas-tugas rutin dan latihan tangung jawab.
3.      Permainan biasa berhubungan dengan latihan pencapaian tujuan atau sasaran dan menguasai lingkungan dimana ia berada (Singer,1976:280).
Jadi penting sekali bagi guru pendidikan jasmani untuk dipahami dengan sungguh-sungguh bahwa permainan bukan hanya bertujuan agar siswa memiliki efisiensi dan koordinasi dalam gerak, tetapi juga agar aspek sosial siswa berkembang dengan baik. Guru harus menyadari bahwa aktivitas bemain mempunyai nilai untuk mempersiapkan siswa bagi kehidupan sosial dimasa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah A, Agus M.1994. Dasar-dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.189-192.
Bucher, C.A.(1983). Foundation of Physical Education and Sport, St. Louis: The C.V. Mosby Company. 382.
Frost, R.B. (1975). Physical Education: Foundations, Practices, Principal. Reading: Addison-Westly Publishing Company. 241.
Krathwohl, D.R. et all. (1956). Taxonomy of educational Objectives, Handbook II: Affective Domain. New York: David McKay Company, Inc.
Singer, R.N. (1976). Physical Education: Foundations. New York: Holt, Rinehart and Winston. 280.
Supandi.1990. Pendidikan Jasmani. IKIP Yogyakarta : Direktorat  Jenderal Pendidikan Tinggi.29.

2 komentar:

  1. Bagi anda yang hobby bermain judi online seperti :
    Bandar Ceme, Ceme Keliling, Capsa Susun, Domino, Bandar Poker dan omaha poker
    Mari segera bergabung bersama kami di s1288poker
    Kami agen penyediaan jasa judi online terbaik dan terpercaya.
    (WA : 081910053031)

    BalasHapus
  2. Baccarat, Poker, Blackjack, Dummies, Rules & Baccarat!
    Rules of the game worrione In all probability the dealer would 바카라 사이트 have an equal chance of winning by two-thirds. In all probability the dealer would 제왕 카지노 have

    BalasHapus